Keluargaku, Semangatku



kami adalah keluarga kecil yang merantau jauh ke kalimantan.
mendengar cerita ibu dan ayahku, aku menjadi tau bahwa ibuku berasal dari jawa tengah dikabupaten kebumen(tepatnya didesa apa aku lupa) dan ayahku berasal dari kota magelang namun tinggal disebuah desa kecil diujung kota itu (dan lagi lagi aku tidak tau nama desa nya). pertemuan ibu dan ayahku adalah hasil dari sebuah perjodohan oleh kedua kakek dan nenekku. ayahku adalah seorang anak sulung yang memiliki banyak adik, sedangkan ibuku adalah seorang anak bungsu yang banyak memiliki kakak (aku tidak tau berapa tepatnya saudara ibu dan ayahku, atau mungkin aku lupa). itu semua memang takdir Allah untuk ibu dan ayahku, sulung dan bungsu.
dari cerita ibuku, banyak sekali kesulitan yang mereka alami, jatuh bangun dalam membangun rumah tangga. hasil dari pernikahan ibu dan ayahku sendiri adalah kami, anak-anaknya yang dengan beragam sifat dan kepribadian.
aku memiliki empat saudara, dua kakaku dan dua adikku. aku sendiri anak ke tiga dari lima bersaudara. 
anak pertama ibu dan ayahku perempuan, kedua laki-laki, ketiga aku (perempuan), keempat perempuan dan kelima lagi-lagi perempuan.
kami memiliki banyak perbedaan sifat, walaupun kami tidak terlalu dekat tapi rasa sayang terhadap saudara sangat terjaga. 
kakaku yang pertama sudah menikah dan memiliki satu anak, jadi ibu dan ayahku sudah dipanggil nenek dan kakek. aku pun sudah menjadi seorang bibi (bibi muda). kakaku yag pertama ini kaka yang paling sabar terhadap adik-adiknya, anak yang paling pinter masak diantara anak-anak perempuan ibuku.
kakaku yang kedua ini satu-satu nya anak laki-laki yang lahir dari rahim ibuku. yang satu ini sebenarnya pinter dalam semua hal, hanya saja dia mengikuti hobi, kalo nggak hobi ya udah nggak akan dikerjakan walaupun dia tau dia hebat dalam bidang itu. kakaku yang satu ini kaka yang paling loyal soal uang dan paling sayang sama adik-adiknya, walaupun tidak diperlihatkan tapi kami adik-adiknya sangat merasakan kasih sayangnya. agak bandel orangnya dan ngomongnya kadang nyakitin hati ibu dan ayahku.
yang ketiga aku nih, aku seorang perempuan yang bandel dan cerewet. aku juga sedikit pinter, hanya saja aku kadang malas. tujuanku sekarang hanya satu, bahagiakan orang tua. 
yang keempat ada adik perempuanku yang super baik dan penurut. nggak pernah bantah orang tua, nggak minta yang macam-macam, pokoknya yang satu ini nurut terus apa kata orang tua dan kakak-kakaknya. 
yang kelima ada adik perempuanku juga. masih kecil, adik yang satu ini sumber kebahagiaan dirumah. semua orang tersenyum melihat tingkahnya, terkadang kesel dengan kejahilannya. 
itu dia sekilas tentang keluargaku, keluarga kecil sumber semangat dan kebahagiaanku.
aku tinggal sendiri dikota demi mengejar cita-citaku, kaka perempuanku tinggal bersama keluarga barunya, sehingga dirumah hanya ada ibu, ayah, kaka laki-lakiku dan kedua adikku.
kami berkumpul kira-kira ketika lebaran atau ketika kaka perempuanku pulang dan nginep.

dan Taukah anda ?
aku sedih tidak bisa berkumpul bersama mereka.
Ketika aku disini makan makanan enak, aku selalu teringat dengan keluargaku dirumah..
hatiku bertanya-tanya, mereka makan apa dirumah? sudah makan atau belum? mereka sehat kan ?
Aku selalu berpikir, kenapa aku harus makan sendirian? Aku ingin makan bersama keluargaku, aku ingin susah senang bersama mereka,  bersama ibu bapakku, bersama adik dan kakaku
Seandainya makanan ini bisa ku simpan, akan ku berikan semua nya untuk mereka..
Dan sejak saat itu, aku berjanji ketika aku pulang kerumah orang tuaku di akhir pekan aku harus membawakan mereka makanan yang sehat dan bergizi
Karna aku tau, mereka dirumah rela makan seadanya demi menyisihkan uang untuk masa depan anak-anaknya.
Ketika aku sakit, aku teringat mereka.
aku disini sendirian, aku tak tau harus bagaimana.
tak ada yang membuatkanku bubur, tak ada yang mencarikanku obat.
aku cuma bisa menangis menahan sakit dan berusaha sembuh sendirian.
mencari obat sendiri, membuat bubur sendiri.
ibu, aku disini sakit. hatiku berkata seperti itu, namun lisanku tak sanggup mengatakannya, aku tak ingin membuat ibu dan keluarga yang lain sedih. aku harus berjuang sendiri.
lelah. aku lelah sekali hidup seperti ini. tapi inilah zonaku. 
mengeluh tak akan mengubah semuanya. 
bersyukur, bersyukur dan bersyukur. 
lapang dada menerima.
aku sangat menyayangi keluargaku.

Comments

Popular posts from this blog

Tentang Saya

Xibo, Aplikasi OpenSource Digital Signage atau Papan Informasi

KAIDAH KAIDAH DALAM MORALITAS